Artikel Blog

Apakah Stroke Hanya Terjadi pada Usia Tua?

Stroke

dr. Ida Ratna Nurhidayati, Sp.S, M.Pd.Ked

Angka kejadian stroke terus bertambah setiap tahunnya meskipun terdapat perkembangan pada alat pemeriksaan penunjang dan tatalaksana sehingga stroke dapat didiagnosis dan diobati lebih dini. Pada tahun 2018, survei di Indonesia menyebutkan stroke sebagai penyebab kematian tertinggi yang pertama. Menurut WHO, stroke menempati urutan kedua penyebab kematian di dunia.

Mengapa angka kejadian tetap tinggi?

Lebih dari 60% stroke disebabkan oleh adanya gaya hidup yang tidak sehat yang dimiliki seseorang. Gaya hidup tersebut antara lain merokok, pola makan yang tidak seimbang dengan tingginya kandungan gula, lemak, dan garam, serta kurangnya aktivitas fisik. Gaya hidup yang tidak sehat ini menyebabkan munculnya berbagai faktor risiko penyakit metabolik yang berkaitan dengan stroke antara lain hipertensi, obesitas, diabetes melitus, kolesterol tinggi, dan gangguan ginjal.

Apakah stroke hanya terjadi pada usia tua?

Jawabannya adalah tidak. Pada tahun 2017, World Stroke Organization menyebutkan bahwa 8% stroke terjadi pada orang yang berusia kurang dari 44 tahun dan 4% dari kasus tersebut menyebabkan kematian. Hal ini berkaitan dengan semakin meningkatnya gaya hidup yang tidak sehat pada kalangan muda. Usia munculnya penyakit metabolik menurun, sehingga secara tidak langsung menyebabkan turunnya usia seseorang mengalami stroke.

Apakah jenis kelamin seseorang memengaruhi kejadian stroke?

Angka kejadian stroke antara laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda. 52% stroke terjadi pada laki-laki, sedangkan 48% kasus terjadi pada perempuan. Tingginya angka kejadian stroke pada laki-laki menyebabkan tingginya angka kematian akibat stroke pada laki-laki dibanding perempuan.

Bagaimana mengenali gejala stroke dan apa yang harus dilakukan?

Deteksi dini yang cukup mudah adalah dengan mengenali FAST. F identik dengan face (wajah). Amati apakah wajah antara sisi kiri dan sisi kanan simetris atau tidak? Bila tidak simetris atau mencong di salah satu sisi wajah, maka kemungkinan mengalami stroke besar. A identik dengan arm (lengan). Amati apakah ada kelemahan lengan di satu sisi? Bila tidak sama kuat antara lengan kiri dan kanan, maka kemungkinan mengalami stroke besar. S identik dengan speech (bicara). Amati bicara pasien, apakah ada kesulitan berbicara, tidak jelas, sulit dimengerti, atau bahkan tidak dapat berbicara? Bila terdapat gangguan dalam berbicara, maka kemungkinan mengalami stroke besar. T identik dengan time (waktu). Bila muncul gejala F, A, dan/atau S mendadak maka segera datang ke rumah sakit yang sedapat mungkin menyediakan fasilitas CT-scan. Semakin lama waktu yang dibutuhkan seseorang dengan gejala tersebut sampai ke rumah sakit, semakin banyak kerusakan yang terjadi pada otaknya dengan akibat semakin banyak juga sel-sel otak yang akan mengalami kerusakan permanen.

Apa yang akan dilakukan dokter spesialis saraf di rumah sakit?

Dokter akan segera mendiagnosis stroke dengan bantuan alat pemeriksaan penunjang, memberikan terapi secepatnya yang sesuai dengan kondisi pasien, mencari faktor risiko stroke, dan berkolaborasi dengan dokter spesialis lainnya yang berkaitan dengan faktor risiko stroke yang dimiliki pasien.

Bagaimana mencegah kejadian stroke?

Perbaiki gaya hidup yang tidak sehat dan kontrol faktor risiko penyakit metabolik yang dimiliki.

Bagaimana mencegah berulangnya stroke?

Kontrol rutin ke dokter spesialis saraf, konsumsi obat rutin yang diberikan, dan konsultasi rutin ke dokter spesialis lain yang terkait dengan faktor risiko stroke yang dimiliki selama faktor risiko tersebut belum terkontrol dengan modifikasi gaya hidup.